-->

Jokowi: Berdiri Sama Tinggi, Jongkok Sama Rendah,ibarat kata


Seorang teman yang sering mengikuti kunjungan kerja Jokowi cerita pada saya. Perlu stamina dan daya tahan ekstra untuk mengikuti gerak kerja Jokowi. Andai Ia seorang Panglima TNI, Jokowi itu mirip Jenderal M Yusuf. Seorang Jenderal yang saban hari turun ke lapangan meninjau barak-barak tentara dan asrama prajurit.
Kemarin di akhir pekan, ada tiga agenda kerja Presiden Jokowi. Pertama, Jumat siang Presiden Jokowi membuka Kongres GMKI di Bogor.
Dari Bogor, Jokowi terbang ke Yogyakarta membuka acara Temu Nasional Seribu Organisasi Perempuan. Jokowi masih memakai kemeja batik yang sama seperti yang dia kenakan di Kongres GMKI.
Esok paginya, Sabtu, Jokowi terbang ke Jawa Tengah membagi serifikat kepada warga Kabupaten Grobogan, Jateng. Di Stadion Krida Bhakti, pagi hari Presiden membagi langsung 8.000 lembar sertifikat tanah untuk warga Grobogan dan sekitarnya.
Usai membagi sertifikat, Jokowi meninjau proyek dana desa berupa pembangunan talud di Desa Tambirejo, Kecamatan Taroh.
Saat meninjau proyek padat karya pembangunan talud itu Jokowi melewati jalan di tengah persawahan. Warga petani laki-laki perempuan tampak sibuk memasang batu kali dengan adukan semen.
Jokowi singgah mengamati pekerjaan warga. Ia melihat sekeliling. Hamparan sawah terbentang luas. Saluran irigasi tampak sedang dikerjakan warga. Di samping kiri kanan Jokowi tampak Bupati Grobogan, Menteri Desa dan Gubernur Jateng ikut mendampingi.
Jokowi menepi. Ia ingin berbicara dengan rakyatnya. Jalan aspal itu lebih tinggi sekitar semeter dari tempat berdiri para petani. Jokowi mendekat. Ia mendekati pinggir jalan agar lebih dekat dengan rakyatnya. Tapi tetap ada jarak ketinggian.
Tetiba..Jokowi berjongkok. Lututnya ditekuk hampir menyentuh tanah. Seketika rombongan Presiden seperti Bupati, Menteri Desa ikut berjongkok. Ibu Bupati mau tidak mau ikut berjongkok. Tidak mungkin atasannya jongkok dia berdiri. Seumur2 mungkin itu kali pertama Bu Bupati jongkok seperti saat di toilet jongkok.
Spontanitas dan kerendahan hati Jokowi ini bukanlah pura-pura. Gerak spontan berempati melihat sekeliling ini menjadi nilai keseharian Jokowi. Ia cepat melihat, berpikir lalu bertindak. Tindakannya tulus tanpa kekakuan. Seperti dulu ketika Presiden SBY hendak memukul gong, Jokowi yang saat itu Gubernur DKI dengan gerak cepat sigap, bertindak menggeser gong itu agar SBY bisa memukul gong.
Saat bertemu dengan suku Anak Dalam Jambi 2 tahun lalu, kita melihat Jokowi dengan santai jongkok bersama beberapa suku anak dalam. Saat ke Berastagi berkunjung ke korban Gunung Sinabung, Jokowi duduk bertiga di kursi panjang kayu sebuah keluarga.
Jokowi tahu kehormatan nilai hidup itu bukan diukur dari jabatan atau pangkat. Kehormatan itu diperoleh karena nilai penghormatannya pada manusia. Itulah mengapa Jokowi tidak mau berjarak dengan rakyatnya. Ia tidak mau menyusahkan rakyatnya. Ia sama seperti kita yang memakai sepatu sendiri saat bepergian atau habis sholat. Bahkan kepada ajudannya sendiri, Jokowi sebisanya menenteng kopernya saat bepergian.
Kerendahan hati dan cara Jokowi menghormati orang lain terbentuk dari pengalaman hidupnya. Ia bukan anak yang lahir dengan bunyi gendang tetabuhan atau terompet. Ia bukan anak yang makan dengan sendok perak. Ia bukan remaja yang besar di pojok2 tongkrongan layaknya anak pejabat atau orang kaya.
Jokowi adalah kita. Kita rakyat Indonesia yang terlahir dari kesederhanaan. Dari kesulitan hidup. Terbentuk dan terasah dengan jari-jari mengangkat batu kali. Berpeluh keringat.
Melihat cara perilaku Jokowi memanusiakan manusia menyadarkan saya untuk lebih keras lagi memenangkan Jokowi. Memenangkannya berarti memenangkan kehormatan, martabat dan kemanusiaan
Jujur saja, saya merasa terganggu dengan tampilan Prabowo Subianto yang untuk memakai sepatu saja harus dipakaikan ajudannya ketika hendak naik kuda di ranch mewahnya Hambalang.
Jujur saja, saya merasa terganggu dengan perilaku Sandiaga Uno yang untuk bicara saja harus naik meja dan kursi agar nampak lebih tinggi dari orang lain.
Orang macam begini memang sudah dari sono hidup mewah. Jadi mereka tidak tahu bagaimana mensejajarkan diri dengan orang kecil dan terpinggirkan.

0 Response to "Jokowi: Berdiri Sama Tinggi, Jongkok Sama Rendah,ibarat kata"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel